Selasa, 09 April 2013

Pondok Modern Darussalam Gontor

Pondok Modern Darussalam Gontor - Ponorogo Jawa Timur

 
 
Pondok Modern Darussalam Gontor adalah sebuah pesantren besar yang sangat menarik. Pesantren ini berdiri pada tahun 1926 jauh sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Alumninya banyak yang berhasil dan menjadi tokoh di masyarakat.
Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan satu simpul pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Pondok ini didirikan pada 12 Rabiul Awwal 1345H/20 September 1926 oleh tiga bersaudara yaitu K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fannani dan K.H. Imam Zarkasyi.
Pondok Modern Gontor berakar jauh ke abad 18 yaitu dari Pondok Tegalsari yang didirikan oleh Kiai Ageng Mohammad Besari (Bashori). Pesantren ini memiliki hubungan baik dengan Istana Kartasura setelah Pakubuwono II yang dibantu Kiai Ageng Mohammad Besari meraih tahtanya kembali, setelah sempat terusir dari keraton akibat pemberontakan pada 1742. Sebagai ungkapan terima kasih, Tegalsari ditetapkan oleh Pakubuwono II sebagai wilayah perdikan, yaitu daerah yang bebas dari segala kewajiban kepada kerajaan.
Santri Tegalsari saat itu datang dari berbagai kelas sosial, dari masyarakat biasa hingga kalangan keraton. Pesantren ini mencapai kemajuan pada masa kepemimpinan Kiai Kasan Anom Besari (1800-1862). Semenjak wafatnya, Tegalsari mengalami kemunduran walaupun masih tetap bertahan hingga saat ini.
Pada pertengahan abad ke-19, Tegalsari dipimpin Kiai Cholifah. Salah seorang santrinya yang cerdas dan baik yaitu R.M.H Sulaiman Jamalludin yang kemudian dijodohkan dengan dengan putri Kiai Cholifah.
R.M.H Jamalludin yang cucu dari Pangeran Hadiraja Sultan Kasepuhan Cirebon, diberi amanat untuk mendirikan pondok di sebuah desa, 3 km sebelah timur Pondok Tegalsari. Bersama 40 santri yang dibekalkan kepadanya, Jamalludin melakukan babad desa. Maklumlah kawasan yang dibuka itu adalah wilayah tak bertuan, lebat oleh pepohonan dan dihuni binatang liar. Kawasan itu sebelumnya dikenal sebagai sarang penyamun dan para warok. Dalam bahasa Jawa, tempat itu disebut enggon kotor atau tempat kotor. Dari nama inilah, muncul nama Gontor.
Pondok yang didirikan oleh Sulaiman Jamalludin ini berkembang pesat hingga generasi ketiga saat dipimpin oleh Kiai Santoso Anom Besari. Selanjutnya berbekal tekad bulat dan tanggung jawab melanjutkan perjuangan menegakkan agama, Ahmad Sahal, Zainuddin Fanani dan Imam Zarkasyi membangun kembali Pondok Gontor warisan orang tuanya itu.
Undangan Raja Saud dari Arab Saudi kepada para pemimpin Islam di Indonesia untuk menghadiri Konferensi Umat Islam sedunia di Mekah pada 1926, juga menjadi salah satu pemicu pendirian Gontor.


Pertemuan para pemimpin umat dan tokoh Islam di Surabaya untuk menentukan kualifikasi utusan dari Indonesia yaitu mahir berbahasa Arab dan Inggris ternyata tidak mudah untuk diwujudkan. Akhirnya disepakati mengirim dua orang utusan yang ahli berbahasa Inggris yaitu HOS Cokroaminoto dan satunya lagi K.H. Mas Mansur yang mahir berbahasa Arab. Tahun itu juga, sepulang dari Mekkah, HOS Cokroaminoto menyampaikan pidato berisi ide-ide kebangkitan dunia Islam pada Konggres Umat Islam di Surabaya. Ide-ide yang disampaikannya adalah buah pemikiran tokoh pembaharu Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Kesan pertemuan ini membekas pada pemuda Ahmad Sahal yang hadir pada pertemuan itu yang kemudian mendiskusikannya bersama kedua adiknya yaitu Zainuddin Fannani dan Imam Zarkasyi. Mereka kemudian mengambil langkah kongkret dengan adalah mendirikan Tarbiyat al Athfal (pendidikan anak-anak) di Gontor. Tarbiyat al Athfal mengajarkan materi-materi dasar agama Islam, bimbingan akhlak, kesenian, dan pengetahuan umum sesuai tingkat kebutuhan masyarakat saat itu. Di samping itu diajarkan pula cara bercocok tanam, beternak, pertukangan, bertenun dan berorganisasi.
Kegiatan pendidikan di Gontor itu menarik orang-orang dari luar desa berdatangan. Karena minat yang besar dari masyarakat, Tarbiyat al Athfal membuka cabang di desa-desa sekitar Gontor. Beberapa Tarbiyat al Athfal lantas bergabung membentuk Tarbiyat al Islam (pendidikan Islam) dengan masa belajar 6 tahun.
Setelah menamatkan muridnya yang pertama, dibukalah program lanjutan bernama Sullam al Muta?llimin (Tangga Para Pelajar) yang berlangsung hingga tahun 1936. Tingkatan ini mengajarkan ilmu Fiqh, Hadist, Tafsir, terjemah Al-Quran secara lebih luas dan dalam. Santri juga diajari cara berpidato, cara membahas suatu persoalan, ilmu Jiwa dan Psikologi dan mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler berupa ketrampilan, olahraga, kesenian dan berorganisasi.
Pada peringatan satu dasawarsa Pondok tanggal 19 Desember 1936, diperkenalkan sebutan modern untuk Pondok Gontor. Sejak itu, nama lengkap pondok menjadi Pondok Modern Darussalam Gontor.
Pada peringatan itu pula diresmikan berdirinya sistem pendidikan baru bernama Kulliyat al-Mu’allimin al-Islamiyah (KMI atau Sekolah Pendidikan Guru Islam). Sistem KMI ini mengganti sistem Tarbiyat al Athfal maupun Tarbiyat al Islam. Inilah sistem pendidikan pesantren modern yang berbeda dengan sistem pondok pesantren tradisional yang berlaku umum saat itu.
Santri belajar dengan sistem klasikal layaknya yang berlaku di madrasah. Selain mendapat pelajaran agama dan umum, bahasa pengantar pembelajaran dan bahasa pergaulan santri wajib memakai bahasa Arab dan Inggris. Di belakang hari, sistem KMI ini dicontoh dan ditiru oleh Pondok Pesantren Darunnajah dengan nama TMI (Tarbiyatul Muallimin/at al Islamiyah).

Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong

Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong - Probolinggo Jawa Timur


Pesantren Zainul Hasan Genggong Yang akrab di sebut pondok genggong ini telah berdiri pada 174 tahun silam atau tepatnya didirikan tahun 1839 M/1250 H oleh almarhum KH. Zainul Abidin dari keturunan Maghribi (Maroko) di Desa Karang Bong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Pesantren Zainul Hasan yang kini memiliki sekitar 20.000 santri ini mengalami tiga kali pergantian nama yang bermotifkan kepada sejarah pertumbuhan pesantren dan adanya gagasan untuk menggabadikan para pendiri Pondok Pesantren Zainul Hasan sebelumnya. Perubahan nama ini terjadi pada periode kepemimpinan KH. Hasan Saifourridzal. Nama Pondok Genggong sendiri diabadikan sejak kepemimpinan KH Zainul Abidin sampai kepemimpinan KH. Moh Hasan tahun 1952. Nama pesantren kemudian berganti menjadi “Asrama Pelajar Islam Genggong” dan terakhir “Pesantren Zainul Hasan.”


Sejak masa pertumbuhannya serta perkembangannya Pesantren Zainul Hasan Genggong lebih dikenal dengan sebutan Pondok Genggong,nama Genggong ini ini khusus untuk menyebutkan nama komplek pondok itu saja, yang luasnya dibatasi oleh pagar keliling dimana Al-Marhum KH. Zainal Abidin bermukim. Kata Genggong berasal dari nama sekuntum bunga yang banyak tumbuh dalam pekarangan tersebut, menurut legenda bunga itu di pergunakan oleh banyak orang sekitarnya untuk merias pengantin, khitan (Sunatan) dan keperluan pengantin lainnya. Kemudian mengingat besar arti dan fungsi bunga itu bagi masyarakat sekitarnya, maka diabadaikannya nama bunga itu menjadi nama pondok tersebut, yaitu Pondok Genggong. Pesantren Zainul Hasan, sejak pertumbuhannya telah mengalami tiga kali pergantian nama yang bermotifkan kepada sejarah pertumbuhan
Pesantren serta pengaruh sekitarnya dan gagasan adanya keinginan untuk mengabadikan para pendiri Pesantren Zainul Hasan sebelumnya. Perubahan nama ini terjadi pada periode kepemimpinan KH. Hasan Saifouridzall dengan ketetapan sebagai berikut :
  1. Nama Pondok Genggong diabadikan sejak kepemimpinan KH. Zainul Abidin sampai kepemimpinan KH. Moh. Hasan dari tahun 1839 M sampai tahun 1952.
  2. Pada tahu 1952 pada masa kepemimpinan KH. Hasan Saifouridzall diganti dengan nama asrama pelajar Islam Genggong (APIG) dengan latar belakang berdirinya asrama yang ditempati para santri dan bertambahnya jumlah santri pada masa itu. Nama ini dipakai dari tahun 1952 Masehi – 1959 Masehi.
  3. Pada tahun 1959 timbul gagasan untuk merubah nama Pondok dengan motif timbulnya dorongan rasa ingin mengabdi kepada kedua tokoh sebelumnya yang telah berhasil mengorbitkan nama pondok Genggong dikalangan masyarakat luas. Maka sejak tanggal 1 Muharrom 1379 H. / 19 Juli 1959 M. dalam pertemuan dewan pengurus, Al-Mukarrom KH. Hasan Saifouridzall telah menetapkan perubahan nama asrama pelajar Islam Genggong (APIG) menjadi Pesantren Zainul Hasan tersebut, adalah hasil perpaduan nama dari tokoh sebelumnya dimana kata “ZAINUL” diambil dari nama Almarhum KH. Zainul Abidin dan kata “HASAN” diambil dari nama Al-Marhum KH. Moh. Hasan, sebagai pembina kedua.
Pedoman/Aturan
  • Alqur'an dan Hadits
  • Qonun Asasi
  • Satologi Santri yakni..
  1. Sopan Santun
  2. Ajeg (Istiqomah)
  3. Nasehat
  4. Taqwallah
  5. Ridlollah
  6. Ikhlas Lillahi Ta’ala
Pendiri Dan Pengasuh, Dari Masa Kemasa
PENDIRI
Alm KH. ZAINUL ABIDIN
PENGASUH PRIODE KE-II
Alm KH. MOH. HASAN
PENGASUH PRIODE KE-III
Alm KH. HASAN SAIFOURIDZALL
PENGASUH SEKARANG
 
 
Pendidikan Formal
  1. TK Zainul Hasan
  2. SD Zainul Hasan
  3. MI Kholafiyah Syafi’iyah Zainul Hasan
  4. SMP Zainul Hasan
  5. MTs Zainul Hasan
  6. Pendidikan Diniyah Pertama (PDMP) Zainul Hasan
  7. SMA Zainul Hasan
  8. SMA Unggulan Hafshawaty Zainul Hasan BPPT
  9. MA Zainul Hasan
  10. MA Model (Unggulan) Hafshawaty Zainul Hasan
  11. SMK Zainul Hasan, Program Keahlian
  12. STIH Zainul Hasan
  13. STAI Zainul Hasan
  14. AKPER Hafshawaty Zainul Hasan
  15. STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
  16. AKBID Hafshawaty Zainul Hasan
  17. STIKOM Hafshawaty Zainul Hasan

Pendidikan Non-Formal

  1. Madrasah Raudlatul Qur’an
  2. Madrasah Diniyah
  3. Dirosah Khossoh
  4. Madrasah Salafiyah Tingkat Wustho
  5. Lembaga Keterampilan Komputer
  6. Lembaga Dakwah
  7. Lembaga Bahtsul Masa’il
  8. Lembaga Perpustakaan
  9. Lembaga Pengajian Mingguan
  10. Lembaga Pengajian Khusus Thoriqoh
  11. Lembaga IPSNU Pagar Nusa
  12. Lembaga Pengembangan Bahasa Arab
  13. Development Education English Program
  14. Balai Latihan Kerja
  15. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
  16. Yayasan Panti Asuhan Anak yatim
  17. Kursus Amtsilati
  18. Kursus Menghafal Cepat Asmaul Khusna
  19. Kursus Menghafal Cepat Al-Qur’an
  20. Training English Conversation
  21. Pramuka
  22. PMI
  23. Jurnalistik

Alamat Pesantren

Lantai 1 PO. Box. 01 PZH Genggong
Pajarakan, Probolinggo,Jawa Timur, Indonesia 67281

Kontak

0335-842241 (Pondok Putra)
0335-842248 (Pondok Putri)
0335-846333 (Fax)


Kamis, 04 April 2013

Apa itu Pesantren ???


Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di dunia terutama di Indonesia yang didalamnya banyak memperdalam pengetahuan tentang Al-Qur'an dan Sunnah Rosulullah.